Senin, 24 Desember 2018

Virtual Reality dalam Bidang Kesehatan

Kita telah menyaksikan perkembangan teknologi virtual Reality (VR) secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, VR bukan lagi istilah yang umum digunakan hanya untuk gamer atau teknisi saja. Faktanya, VR dalam praktik pelayanan kesehatan menjadi semakin lazim, dengan teknologi yang tergabung dalam simulasi operasi, terapi fobia, operasi robotik dan pelatihan keterampilan.

VR memberikan alternatif lanjutan melalui pendekatan pelatihan konvensional, sekarang mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan keterampilan melalui latihan langsung menggunakan lapisan kulit hingga ke tulang. Demikian pula, dokter spesialis bedah dapat berlatih melakukan operasi tiruan melalui pengalaman realistis dengan kesan mendalam tanpa menggunakan tubuh asli.
Virtual Reality (VR) atau Realitas Maya merupakan bentuk teknologi yang menghadirkan lingkungan riil secara maya. Lingkungan maya yang dibuat dengan perangkat lunak dan disajikan kepada pengguna sedemikian rupa sehingga pengguna yakin dan menerimanya sebagai lingkungan nyata. Pada komputer, teknologi ini dapat dialami oleh dua dari lima indera manusia, penglihatan dan suara.

Bentuk sederhana VR adalah gambar 3D (tiga dimensi) yang dapat dieksplorasi secara interaktif di personal komputer. Dengan menggunakan tombol dan mouse, gambar dapat bergerak dalam beberapa arah, dapat diperbesar atau diperkecil. Yang lebih canggih lagi, tampilan layar bisa berputar, memungkinkan pengguna merasakan tampilan gambar hadir sungguhan.

Virtual Reality Meningkatkan Efisiensi Praktik Dokter
Pendidikan kedokteran dan praktik dokter spesialis bedah menggunakan sebagian besar buku teks dua dimensi (2D) tradisional, kuliah tambahan, pembelajaran online dan kadaver untuk memahami anatomi dan patologi spesifik pasien. Tapi, realitas berbasis teknologi, seperti VR, bisa memberikan kesan lain kepada pengguna dapat mengetahui gambaran tubuh tiga dimensi yang lengkap, dalam lingkungan virtual yang nyaman dengan kesan nyata.

Berkaitan dengan fakta bahwa kadaver sulit untuk didapatkan (mahasiswa kedokteran biasanya hanya berlatih pada satu kadaver sebelum melakukan operasi pada pasien rumah sakit yang sebenarnya), Dr Leonard Kranzler, MD, Dokter spesialis saraf di Universitas Chicago, mengatakan “saat ini dokter masih belajar sambil melakukan daripada belajar sambil berlatih. Mereka harus berlatih sebelum melakukannya terhadap pasien”. Mengomentari akan peningkatan kebutuhan latihan, Justin Barad, seorang dokter spesialis ortopedi anak (juga CEO dan pendiri Osso VR) mengatakan bahwa “dalam pendidikan kedokteran, dikenal kata-kata ‘melihat satu, melakukan satu, mengajar satu’, namun itu hanyalah untuk membangun kepercayaan diri; faktanya Anda harus mempelajari 50 sampai 100 kasus agar bisa menjadi mahir.”

Dengan bantuan headphone, mikrofon, kacamata VR, pengendali handset, dan sensor laser di dinding yang mengikuti setiap gerakan – mahasiswa kedokteran dapat bertindak atau memberikan perintah berdasarkan ‘keputusan klinis’ yang mereka tentukan kepada pasien virtual. Misalnya, mereka dapat memasang headset dan mulai “menggerakan” tulang, otot, saraf dan organ secara mandiri, serta memperbesar hingga tingkat mikroskopik bila diperlukan. Bersamaan dengan itu, dosen dapat mengamati pada tampilan monitor untuk membimbing mahasiswa selama praktik. Dengan cara ini, mereka akan memahami dengan lebih baik mengenai berbagai hubungan antara otot, saraf, dan organ tubuh.

Teknologi VR makin luas digunakan dalam aplikasi kesehatan yang terus meningkat berupa :
Visualisasi (virtual endoscopy, colonoscopy)
Komputer pendukung pembedahan (pelatihan, perencanaan, penyembuhan dan pelaksanaan operasi)
Radioterapi
Dentistry
Rehabilitasi dan terapi
Telemedicine
Fobia / Katakutan
Autis
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Depresi dan kegelisahan
Edukasi (pengajaran, pelatihan, penentuan tingkat ketrampilan)

Virtual Reality membantu penyembuhan
Beberapa aplikasi VR untuk pasien berbentuk lingkungan yang dapat menimbulkan rasa tenang dan damai guna mendukung penyembuhan. VR dapat menciptakan suatu lingkungan riil dari suasana perjalanan di suatu tempat, seperti naik helikopter di atas Iceland dengan topografi dan landscapes sesungguhnya; atau di sebuah studio lukis dimana pasien bisa melakukan kegiatan melukis, yang tentu membuat senang hatinya; atau suasana di dalam laut dimana pasien bisa merasakan berenang bersama lumba-lumba dan mahluk laut lainnya agar pasien merasa bahagia.
Penelitian di Cedars-Sinai Medical Center tentang penggunaan VR sebagai penyembuhan, diujikan kepada 70 pasien. Dengan menggunakan 4 aplikasi yang ditanam pada Samsung Gear VR, masing-masing pasien menggunakan selama 2 sampai 5 menit, hingga maksimal 20 menit ini, membuktikan bahwa cara ini membantu pasien melepas stres & kegelisahan.
VR juga merupakan cara tepat bagi dokter untuk menjalankan terapi guna penanganan fobia. Aplikasi yang dikembangan dapat dipakai penanganan berbagai fobia seperti takut terbang, takut ketinggian, takut jarum, takut di ruangan sempit, takut di keramaian, takut berbicara di depan publik, takut akan serangga dan takut menyetir.
Beberapa bidang studi dan pengembangan VR untuk pelayanan kesehatan juga mengelola trauma lumpuh, kerusakan otak dan rehabilitasinya, pelatihan kognisi sosial bagi remaja autis, perawatan depresi dan kegelisahan, rehabilitasi stroke, Alzheimer, manajemen ADHD anak, diagnostic dan visualisasi gambar/imaging.

VR membantu proses pembedahan
Dr Juan Carlos Muniz, spesialis kardiologi anak di RS Anak Nicklaus Florida, menggunakan alat model 3D dari jantung seorang anak perempuan. Ini disiapkan karena mereka dalam kondisi harus melakukan operasi yang sulit dan komplek guna menyelamatkan nyawa. Anak ini lahir dengan separuh jantung dan hanya satu paru-paru. Bekerjasama dengan aplikasi iPhone yaitu Sketchfab, tim dokter jantung bisa melihat jantung anak ini dalam gambaran 3D dari berbagai macam sudut pandang secara mudah dan jelas. Hal ini memungkinkan tim bedah jantung membuat rencana yang tepat dan seksama untuk menjalankan operasi yang sulit tersebut, termasuk tindakan insisi dalam posisi paling efektif dan paling aman.

VR ke depan di dunia medis
Penggunaan teknologi VR masih relatif baru bila dikatakan sebagai paradigma pendobrak dalam pelayanan kesehatan, mengingat inovasi dalam dunia kesehatan akan terus meningkat seiring akan bermunculan riset serta aplikasi teknologi VR untuk pengobatan, VR dentistry, VR perawatan, VR pembedahan, Simulasi Operasi, VR terapi, VR penanganan fobia, VR penanganan PTSD, VR untuk autis, VR untuk penyandang cacat dan VR untuk masalah-masalah kesehatan.
Tidak berapa lama lagi, berbagai hal akan mencengangkan praktisi medis dengan kemudahan integrasi dan interseksi teknolgi VR dengan intelegensia artifisial,  analisis data, sensor, bio feedback dan peningkatan kekuatan penggunaan komputer.

Mengadaptasi simulasi virtual yang dipelajari sebagai interaksi pasien, akan menjadi revolusi pelayanan berfokus pasien dan secara mendasar mengubah cara penyampaian pelayanan kesehatan.

Analisis kasus korupsi e-KTP

Analisis Kasus Korupsi E-KTP Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Anti Korupsi Disusun oleh: ...